Pengertian, Manfaat, Contoh Tanaman Tumpang Gilir
|Tanaman tumpang gilir atau yang biasanya disebut oleh petani luar negeri yakni “relay cropping” merupakan teknik bercocok tanam dimana dalam satu bidang lahan ditanami dengan dua atau lebih jenis tanaman dengan pengaturan waktu tanam dan panen. Pada sistim ini, tanaman kedua, ketiga dan keempat ditanam menjelang panen tanaman musim pertama atau yang lebih dulu ditanam dengan cara disisipkan pada senggang/ruang kosong pada barisan tanam.
Tujuan dari teknik tumpang gilir ini yaitu untuk memaksimalkan fungsi lahan tanam dengan ditanami aneka macam sayuran, buah-buahan, rempah, bahkan yang paling sering adalah tanaman pangan seperti jagung, kedelai, singkong, ubi jalar, dan palawija. Selain itu, untuk meningkatkan intensitas tanam yakni guna meningkatkan persentase panen pada satu kesatuan luas lahan yang sama dengan ditanami berbagai jenis tanaman tertentu.

Seperti dilansir dari website cybex.pertanian.go.id disebutkan bahwa penerapan sistim tumpang gilir pada lahan tanaman pangan bukan sawah yang selama hanya satu kali tanam secara monokultur/tunggal, dapat memberi harapan peningkatan intensitas tanam dari satu kali tanam menjadi dua kali tanam atau lebih tergantung umur panen/tanaman yang diusahakan. Pelaksanaan tanam tumpang gilir prinsip utamanya adalah untuk meningkatkan intensitas tanam, guna meningkatkan persentase panen pada satu kesatuan luas lahan yang sama untuk meningkatkan produktivitas lahan dari variasi tanaman yang berbeda dalam satu tahun tanam.
Berikut ini sketsa/ilustrasi untuk melakukan sistem tumpang gilir pada tanaman pertanian:

Manfaat dan Keuntungan Bertanam Dengan Sistem Tumpang Gilir
Sistem tanam tumpang gilir juga mengandung/menganut prinsip tanam tumpang sari. Yang mana sistem Tumpang sari adalah suatu bentuk penanaman tanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau seiring bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang mirip, seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang).
Perbedaan mencolok antara sistem kuduanya yakni pada pemakaian istilah, yang mana tanam tumpang gilir lebih cenderung pada pemanfaatan waktu (giliran/pergiliran), sedangkan tumpang sari lebih cenderung memanfaatkan sari/unsur hara tanah untuk beberapa tanaman.
Konsep serupa tumpang sari dapat diperluas dalam kelas usaha tani lain. Dalam kehutanan, kombinasi pertanaman antara tanaman semusim dengan pohon hutan dikenal sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar pada lahan sawah yang dikenal sebagai mina padi
Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola monokulture karena:
- Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman berbeda,
- petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan,
- risiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
Begitu pula keuntungan, manfaat, fungsi dan peranan sistem tanam tumpang gilir bagi petani antara lain:
- hasil panen dapat lebih beragam dalam satu musim tanam atau dalam satu tahun.
- Pendapatan petani tidak terputus/lebih sering karena dapat 2-4 kali hasil panenan dalam setahun.
- Nilai uang/pendapatan petani menjadi lebih besar dibanding tanam monokultur.
- Pengiritan biaya pembelian saprodi terutama biaya pengolahan lahan dan pupuk majemuk awal sebelum tanam, yang biasanya berganti tanaman juga harus mengulangi lagi pengolahan lahan dan pemupukan dasarnya.
Teknik, Aplikasi dan Contoh-Contoh Tanaman Tumpang Gilir
Contoh tanaman tumpang gilir yang paling sering dipakai oleh petani di Indonesia yaitu jenis-jenis tanaman pangan, misalnya tumpang gilir antara tanaman jagung yang ditanam pada awal musim hujan dan kacang hijau yang ditanam beberapa minggu sebelum jagung dipanen.
Contoh lainnya seperti dilansir dari website cybex.pertanian.go.id:
TUMPANG GILIR TANAMAN CABE, TOMAT, JAHE DAN JAGUNG
Cara penanaman benih di berikan jeda/selang waktu yang bertahap,
pola tanamnya yaitu Cabe—Tomat—Jahe—Jagung.
__Jun____Jul____Ags____Sept__Okt___Nop__Des__Jan__Feb__Mar__Apr__Mei__Juni
Cabai ___1______2______3______4_____5 Panen 80-150HST
Tomat ______1____-__2_____3 Panen 75-100 HST
Jahe _____1____2_____3____4____5____6____7____8
Jagung _____1_____2____3 Panen 105-115HST
Dari gambar pola diatas, dapat dijelaskan bahwa pada penanaman cabai dilakukan pada bulan Mei hingga Juni. Setelah umur 60an HST atau masa berbunga cabai, maka bulan akhir Juli-Agustus bibit tomat yang telah disemai umur 14-20 HST dipindahkan ditanam di lubang tanam yang dibuat diantara gang cabai, berjarak 30-35 cm dari lubang tanam cabai. Setelah itu kedua tanaman ini dirawat hingga panen keduanya. Biasanya diawali dengan panen cabai dahulu kemudian setengah perjalanan baru mulai panen tomat. Proses panen keduanya akan terjadi hingga cabai umur 5 bulan atau tomat umur 4 bulan saja. Setelah itu panen akan menurun drastis.
Pada saat umur panen cabai dan tomat akan habis di umur 4-4,5 bulan (sekitar bulan akhir September hingga Oktober) maka saat itulah saatnya menyisipkan bibit Jahe yang telah disiapkan. Kebutuhan bibitnya biasanya sebanyak 4-6 kuintal. Bibit jahe yang disisipkan (lihat pada sketsa gambar) akan mengalami masa dormansi sejenak karena pengaruh musim kemarau dan akan mulai tunas pada awal musim hujan atau bulan Oktober akhir sampai Nopember.
Setelah panen cabai dan tomat selesai maka dilakukan pencabutan bekas batang cabai dan tomat yang telah mati/tidak produktif lagi serta penyemprotan herbisisda kontak untuk pengendalian gulma yang tubuh di gang/jalan bedengan. Kemudian pencopotan mulsa PHP yang telah digunakan dengan digulung. Mulsa ini dapat disimpan untuk tanam berikutnya. Pencopotan mulsa ini dilakukan di bulan Oktober-Nopember.
Setelah pencopotan selesai dilakukanlah penanaman benih jagung bulan Nopember pada bekas lubang tanam cabai secara zigzag di tengah guludan atau berjarak 35-40 cm dari tanaman jahe yang baru mulai tumbuh tunas. Kebutuhan benih jagung sekitar 10-15kg/ha dengan 2 butir/lubang tanam.
Kedua tanaman ini jagung dan jahe dirawat dengan baik dengan pemberian pupuk sesuai dosis anjuran yang sudah ada. Pemupukan jagung menggunakan pupuk lengkap Nitrogen, Posphat, Kalium serta pupuk mikro lain serta penyemprotan insektisida untuk hama bila mana ada serangan yang harus segera dikendalikan. Sedangkan untuk tanaman jahe dilakukan pemupukan juga dengan pupuk lengkap tetapi dengan dosis yang rendah, ini dilakukan sebab tanaman jahe sudah mendapatkan pupuk dari proses penanaman cabai, tomat dan jagung.
Saat perawatan jagung, menjelang jagung tua/matal maka daun bawah tongkol jagung sekitar bulan akhir Februari dilakukan perompesan/penyembretan, ini bertujuan untuk memberikan ruang sinar matahari masuk pada tanaman jahe untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Setelah itu, Panen jagung dilakukan pada umur 105-110 HST sekitar bulan Maret.
Perawatan jahe pada bulan April yaitu dengan melakukan penebangan dengan membabat Batang jagung yang telah dipanen buahnya di bawah tongkol buah atau tinggi 40-50 meter diatas pangkal batang. Jangan terlalu pendek karena dapat melukai kaki yang menginjak batang jagung yang tajam. Tumpuk batang jagung tersebut pada gang/jalan guludan yang ada untuk menekan pertumbuhan gulma.
Inilah fungsi tanaman jahe selain sebagai tanaman gilir agar tidak terjadi kekosongan lahan/bera, juga hasil dari panenan jahe dapat dijadikan simpanan/tabungan uang yang masih dapat ditunggu dari para petani sayur ini. panen jahe dilakukan mulai bulan Juni–Juli.
Hasil pendapatan dari sistem tanam tumpang gilir ini sangat menguntungkan para petani, bisa dikalkulasikan besar pendapatan seluruh tanaman yang sangat menguntungkan. Hal ini akan sangat sejalan dengan keterkendalikannya serangan hama penyakit yang ada ditanaman tersebut. Biasanya para petani bila mengalami ketidakpuasan hasil panen cabe akan tergantikan dengan kepuasan hasil panenan tomat/rampai. Juga untuk tanaman jagung, biasanya tanaman akan tumbuh subur dan hasil produksi pernah tercapai 10-12 ton/ha di bekas lahan cabai tersebut. Kemudian untuk panen tanaman jahe biasanya bertepatan pada bulan Juni-Juli yang mana permintaan pasar akan jahe sangat tinggi dengan harga yang tinggi mencapai Rp. 10.000-11.000/kg (Juni 2019).
Demikianlah sahabat tipspetani.com, pemaparan hasil pengamatan pola tanam tumpang gilir yang ada di wilayah kami, ada beberapa petani yang selalu melakukan budidaya seperti itu dan berhasil dengan memuaskan, tetapi ada juga para petani yang hanya mencoba dengan luasan yang sempit karena keterbatasan modal juga tidak banyaknya lokasi yang dimiliki petani yang posisinya dekat sumber air sungai/embung air saat kemarau. semoga dapat menjadi manfaat dan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang tanaman sayuran dan strategi membaca bulan peluang harga untuk komoditas pertanian. Salam sukses dari petani. Terima kasih.
Sumber referensi pendukung:
Khoirul Anwar, SP. 2019. Sistem Tanam Tumpang Gilir Pada Tanaman Horti/sayuran. Tersedia secara online di situs http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70933/Sistem-Tanam-Tumpang-Gilir-Pada-Tanaman-Horti-sayuran/. Diakses pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020, pukul 07:30 WIB.
Priyono, Wahid. 2017. Jenis-Jenis Tanaman Tumpang Sari. Tersedia secara online di situs https://guruilmuan.blogspot.com/2017/03/jenis-jenis-tanaman-tumpang-sari-yang.html. Diakses pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020, pukul 07:48 WIB.