Kelebihan dan Kelemahan Sistem “Rotasi Tanam” Dalam Bidang Pertanian
|Rotasi tanaman merupakan upaya yang dilakukan oleh petani untuk melakukan regenerasi (pergiliran) penanaman suatu tanaman tertentu dengan maksud untuk menjaga kualitas tanah serta penjaminan mutu dari hasil panen pertanian.
Adapun salah satu tujuan dari rotasi tanaman adalah untuk mengembalikan nutrisi (unsur hara) nitrogen melalui perantara tanaman dari suku kacang-kacangan (leguminoceae) maupun dari suku serealia.

Beberapa jenis tanaman pertanian yang sering dilakukan pola rotasi tanaman antara lain yaitu kentang-kubis, cabai-tomat, padi-gandum, wortel-kentang, ubi jalar-singkong, dan lain sebagainya.
Peningkatan mutu dari kualitas panen pertanian hortikultura memang harus diawali dengan rotasi tanam tiap tahunnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas hasil panen berikutnya.
Selain itu, rotasi tanaman (pergiliran masa tanam) banyak diketahui oleh masyarakat petani/pekebun sangat positif dalam menjaga tekstur tanah, pH dan suhu/kelembaban tanah agar tetap stabil dan berada pada kondisi yang mendukung tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Berikut ini beberapa keuntungan/keunggulan/kelebihan dari sistem pertanian menggunakan pola tanam bergilir (rotasi tanaman), diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tekstur, pH (tingkat keasaman tanah), dan juga kelembaban tanah akan terjaga secara stabil pada kondisi-kondisi tertentu, baik sebelum dan setelah pasca tanam;
- Dihasilkan produktivitas panen yang lebih optimal dari pada panen-panen sebelumnya;
- Mutu dan kualitas hasil panen akan menjadi lebih baik, sebagai contoh buah, umbi, maupun hasil sayur mayur organik dapat terlihat segar dan sehat;
- Dapat memutus salah satu siklus hidup hama maupun penyakit pada tanaman yang sifatnya patogen (berbahaya) bagi tanaman sebelum dan setelah pergiliran tanam;
- Pengombinasian penanaman tanaman secara bergilir dengan tanaman kacang-kacangan sangat bagus untuk mengatur kadar nitrogen bebas di udara melalui perantara bakteri penambat nitrogen pada bagian akarnya yaitu bakteri bernama Rhizobium leguminosarum.
Sementara itu, untuk kerugian/kekurangan/kelemahan dari sistem pertanian bergilir/rotasi tanam, dapat terlihat dari beberapa aspek penting, seperti:
- Peluang tanaman terserang penyakit dan hama bisa saja terjadi, meskipun penggunaan metode rotasi tanaman secara tepat justru dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit dan daur hidup reproduktif dari hama dan serangga, dan juga beberapa penyakit pada tanaman yang mungkin saja dapat muncul sewaktu-waktu mengikuti varietas tanaman yang dibudidaya;
- Jika pemberian pupuk-pupuk anorganik kurang diminimalisir dalam pola pertanian bergilir, maka dapat berefek buruk pada tingkat kesuburan tanah dan juga kesuburan tanaman hortikultura yang sedang dibudidaya;
- Memungkinkan munculnya pencemaran tanah, sehingga tanah mengalami penurunan fungsi dalam memberikan nutrisi/unsur hara yang cukup pada tanaman tertentu;
- Jika penanganan pergiliran tanaman, termasuk pengelolaan lahan tanam (tanah) yang tidak kontinyu dan benar, maka lahan tanam akan gersang/tandus, bahkan dapat berefek buruk pada masa-masa tanam berikutnya, sehingga peluang tanaman untuk berhenti/kurang maksimal dalam memproduksi hasil panen sangat rendah.
Semoga informasi tentang teknik bercocok tanam secara rotasi tanam bermanfaat untuk petani dimana saja anda berada. Sampai jumpa di artikel berikutnya di tipspetani.com.