Bibit Jeruk Manis

JUAL BIBIT TANAMAN ONLINE

Dapatkan informasi harga bibit tanaman murah terbaru di Indonesia.

Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Meningkatnya kadar gas karbondioksida di atmosfer menimbulkan perubahan iklim. Hal ini disebabkan oleh banyak hal seperti emisi gas kendaraan, alih fungsi lahan, deforestasi, efek rumah kaca, pembakaran bahan bakar fosil, serta pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah serta sampah plastik dari industri atau pabrik. Tentu saja aktivitas manusia tersebut turut berjasa dalam melakukan perusakan terhadap lingkungan hidup karena sifat manusia yang diberikan nafsu. Kadang demi materi sesaat atau isi perut, mereka rela harus merusak lingkungan tanpa memikirkan dampaknya di masa yang akan datang.

Perubahan iklim berimbas pada semua sektor kehidupan. Sektor pertanian juga tidak luput dari pengaruh perubahan iklim dalam dekade terakhir ini. Sebab, keberhasilan sektor ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim di sekitarnya. Gagal panen (fuso), kekeringan lahan, krisis air bersih, gangguan irigasi, hama dan penyakit, banjir, pengikisan tanah, dan faktor lainnya juga merupakan efek dari perubahan iklim yang sangat nyata. Dan tentu saja ini akan mengancam ketahanan pangan nasional.

Petani cabai hidup rukun
Petani cabai hidup rukun, (Dokumen Pribadi)

Menurut Firdaus Arief (2013), untuk menyiasati perubahan iklim maka seorang petani harus memiliki pengetahuan terhadap perubahan iklim khususnya suhu udara dan curah hujan, pengalaman mengalami bencana terkait perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, sulitnya menentukan waktu tanam yang tepat, frekuensi pendampingan oleh tenaga teknis, akses terhadap modal/input pertanian, akses dan pemanfaatan terhadap informasi klimatologi berhubungan dengan adopsi praktek pertanian yang adaptif, dan lokasi geografis.

Bentuk praktek pertanian yang adaptif yang dapat dijumpai dalam telaah ini adalah memajukan waktu tanam berdasarkan informasi klimatologi, melakukan pemilihan jenis tanaman yang tepat sesuai perkiraan informasi klimatologi, pemanfaatan bibit unggul yang toleran terhadap kondisi tertentu seperti kadar garam tinggi atau kondisi kering maupun basah, rotasi tanam dan diversifikasi tanaman, pertanian terintegrasi, pemanfaatan pupuk hayati dan kompos, pemanfaatan biopestisida, pengaturan sistem irigasi, dan kegiatan menanam pohon.

1. Memajukan Waktu Tanam

Memajukan waktu tanam merupakan usaha yang dapat dilakukan oleh petani untuk beradaptasi dengan kondisi perubahan iklim dan cuaca yang sering berubah-ubah. Dan sekarang sudah terbukti bahwa musim hujan dan kemarau tidak lagi seperti kalender tanam saat itu. Sekarang sulit ditebak kapan waktu tanam yang tepat, sehingga petani harus kreatif untuk mengikuti update terbaru dari BMKG terkait perubahan cuaca dan iklim untuk menyocokan dengan waktu tanam yang akan dilakukan. Petani bisa melakukan tindakan seperti memajukan waktu tanam untuk menyiasati perubahan cuaca dan iklim yang terjadi.

Seperti contoh tindakan memajukan waktu tanam yang dilansir dari situs BPTP NTT. Di situs tersebut menjelaskan bahwa petani Komodo di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), telah memajukan waktu tanam sehingga mampu meningkatkan indeks pertanaman menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan air. Cara yang dilakukan ini kemudian mampu merubah pola tanam bagi petani yang diwariskan turun-temurun.

Perubahan waktu tanam mulai dilakukan oleh Kelompok Tani Tuwu Dangkung Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, setiap tahun biasa menanam padi pada bulan Februari. Kebiasaan waktu tanam seperti ini hanya mengandalkan curah hujan pada hal hujan sudah mulai turun sejak bulan oktober dan nopember. Kebiasaan waktu tanam ini petani hanya bisa panen satu kali dan selanjutnya tidak lagi ditanam karena debit air sudah menurun ketika setelah panen di bulan Juni dan Juli.

tanaman padi mulai panen di lahan persawahan yang saya miliki, (Dokumen Pribadi).

Melihat Potensi air sungai Waemese dan Waegarong masih melimpah pada bulan Mei hingga Agustus,  BPTP Balitbangtan NTT melalui program Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) mengajak Kelompok Tani Tiwu Dangkung untuk memajukan waktu tanam yang biasanya di bulan Februari dimajukan ke bulan Desember. Ini pun sudah dilakukan oleh petani dengan kegiatan awal menanam seluas 5 hektar padi Jenis Inpari 32 dan telah dipanen pada bulan Maret 2018, dilanjutkan untuk musim tanam kedua (MT 2) pada bulan Mei 2018 seperti seperti saat ini petani sedang menunggu waktu panen sekitar pertengahan September. Poktan Tuwu Dangkung katanya Pada MT 2  ini petani menaikan air dari sungai dengan menggunakan mesin pompa air, selain tanaman padi Poktan Tuwu Dangkung pun menanam bawang merah dan aneka sayur.

Jadi, memajukan waktu tanam merupakan langkah inisiatif bagi petani untuk menyiasati perubahan iklim yang tidak menentu. Selain itu, untuk mencegah kegagalan panen yang tidak terduga.

2. Melakukan Pemilihan Jenis Tanaman yang Tepat

Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidaya sangat penting. Tentu saja harus menyesuaikan dengan kodisi cuaca dan iklim di daerah tersebut. Petani juga bisa mengakses informasi kondisi cuaca dan iklim dari website dan sosial media Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Semua kondisi cuaca, termasuk curah hujan dan kelembaban akan disampaikan secara real time (dari waktu ke waktu). Pemanfaatan media informasi dari BMKG ini sangat penting bagi petani saat akan melakukan budidaya tanaman.

labu air
labu putih sudah mulai berbuah banyak (Dokumen Pribadi).

Pemilihan jenis tanaman yang tepat untuk dibudidaya memang sebaiknya kuncinya tanaman tersebut bisa cepat panen dan mudah ditanam. Sebagai contoh misalnya seperti kangkung, tomat, waluh, bayam, selada, bawang merah dan putih, serta sawi hijau, lobak, kacang polong dan lain sebagainya.

tanaman jahe ditanam di polybag
tanaman jahe ditanam di polybag di sekitar rumah saya (Dokumen Pribadi)

Dan saya sendiri memang paling suka menanam tomat rampai, waluh, maupun jahe di sekitar rumah untuk ikut berkontribusi menyelamatkan iklim global dari pemanasan.

Selain pemilihan jenis tanaman yang tepat, mengetahui musim tanam dan bulan-bulan tertentu yang cocok untuk membudidayanya juga penting. Sebagai contoh, tanaman padi akan cocok ditanam dengan kondisi air cukup dan ini tentu saja saat curah hujan tinggi misalnya pada bulan Desember hingga Maret. Dan semua informasi tentang cuaca dan iklim sebaiknya dipelajari oleh petani dengan merujuk pada sumber yang valid dari BMKG.

3. Pemanfaatan Bibit Unggul yang Toleran

Setiap apa yang akan ditanam oleh petani tentu saja hasil panennya harus bagus dan berkualitas. Misalnya, petani menanam bibit mangga, tentu tidak mau jika menanam bibit yang memiliki rasa buah asam (kecut). Tentu saja petani akan menanam bibit mangga yang memiliki rasa buah manis, buah besar, dan cepat panen atau tahan terhadap hama maupun penyakit. Maka dari itu, pemilihan bibit penting yaitu memanfaatkan bibit unggul.

pohon cabe berbuah lebat di lahan bedengan bermulsa
pohon cabe unggul berbuah lebat di lahan bedengan bermulsa, (Dokumen Pribadi).

Saat ini, di toko pertanian maupun balai-balai pertanian yang menjual bibit tanaman sudah banyak yang tersertifikasi itu artinya bibit tersebut sudah terjamin mutunya. Umumnya, benih tanaman sudah ada label bebas atau toleran dari hama serta penyakit pada kemasan, atau di petani lokal bibit tanaman buah maupun sayur biasanya memang didapat dari hasil vegetatif yang unggul seperti hasil okulasi maupun cangkok. Bahkan bibit tanaman hasil cangkok ini bisa berpotensi menghasilkan buah lebih banyak dan menguntungkan petani.

Pohon jeruk manis BW berbuah sangat lebat
pohon jeruk manis BW berbuah sangat lebat, (Dokumentasi Pribadi).

4. Rotasi Tanam dan Diversifikasi Tanaman

Menurut Priyono (2018), rotasi tanam merupakan istilah yang paling sering didengar dalam dunia pertanian (agriculture). Di Indonesia sendiri rotasi tanam lebih mengacu pada proses pergiliran tanaman selama satu musim atau lebih. Sangat bagus sekali jika dalam bercocok tanam menerapkan sistem rotasi ini, sebab akan jauh lebih meningkatkan produktivitas panen.

Lebih lanjut menurutnya, sistem ini telah menjamin kepada masyarakat petani akan manfaatnya yang begitu banyak. Salah satu manfaatnya adalah tingkat kesuburan tanah tetap terjaga untuk musim tanam berikutnya.

Contoh penerapan sistem rotasi tanam misalnya pada bulan Januari awal menanam singkong, maka 9 bulan ke depan panen singkong, dan di musim ditanami jagung, setelah itu di musim tanam berikutnya ditanami kacang tanah dan seterusnya. Penanaman jenis tanaman legume seperti kacang tanah sangat bagus untuk mengundang bakteri Rhizobium dalam membantu meningkatkan kesuburan tanah untuk musim tanam selanjutnya.

Pohon singkong
Pohon singkong cocok ditanam secara rotasi karena waktu panennya yang lama (9 bulanan) dan tentunya sebagai pemenuhan kebutuhan pangan

Dengan melakukan rotasi tanam ini tentu saja para petani sudah melakukan konservasi lahan tanam, serta penyelamatan terhadap perubahan iklim global.

Sementara itu, diversifikasi adalah penganekaragaman berbagai jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan terhadap salah satu hasil pertanian. Jadi disini petani diharapkan mampu menanam berbagai macam jenis tanaman baik dalam satu lahan maupun berbeda lahan tanam. Misalnya selain menanam singkong, maka di lahan yang sama juga bisa ditanami jagung atau jenis tanaman lainnya. Atau petani bisa melakukan berbagai kegiatan pertanian, contohnya di lahan sawah selain menanam padi juga bisa berternak ikan di sekitarnya.

Dengan diversifikasi pertanian ini, tentu saja ketahanan pangan akan semakin bagus walaupun kenyataannya petani harus melawan perubahan iklim yang terkadang sulit ditebak seperti potensi gagal panen karena serangan hama maupun penyakit, kekeringan, banjir, krisis air di saluran irigasi, serta curah hujan yang tidak stabil.

5. Pertanian Terintegrasi

Menurut Anugrah, dkk (2014), bahwa pertanian terintegrasi (Simantri) adalah upaya trobosan untuk mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat pedesaan.

Simantri ini telah banyak diterapkan di pertanian-pertanian skala desa, dan memberikan dampak signifikan dalam kemajuan pertanian di desa.

Hasil penelitian Anugrah dkk tersebut ketika melakukan pertanian terintegrasi di Provinsi Bali menunjukkan bahwa pelaksanaan pola integrasi tanaman ternak di lokasi Simantri telah memberikan dampak pada tumbuhnya kegiatan usaha kelompok, lapangan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, pupuk dan pestisida organik serta biogas di tingkat kelompok maupun untuk tujuan komersial melalui dukungan kebijakan pemda setempat. Potensi, peluang, dan dukungan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan Simantri diharapkan menjadi embrio bagi keberlanjutan program pembangunan sektor pertanian daerah menuju sistem pertanian energi terpadu untuk kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.

6. Pemanfaatan Pupuk Hayati (Kompos)

Memanfaatkan pupuk hayati maupun kompos ternyata lebih ramah terhadap lingkungan. Pupuk hayati bisa memanfaatkan bakteri tertentu seperti Rhizobium leguminosarum sebagai pemfiksasi nitrogen di atmosfer sehingga mudah dimanfaatkan oleh tumbuhan. Sebab, tanaman tidak mampu menggunakan N bebas di atmosfer, jadi harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrit dan nitrat melalui daur nitrogen di alam.

Sementara itu, pupuk kompos bisa dibuat sendiri oleh petani yaitu dari hasil pengomposan sisa-sisa dedaunan, buah-buahan yang busuk, atau dari serat tanaman seperti pada batang padi (jerami). Dikenal beberapa jenis pupuk kompos seperti vermikompos, pupuk organik cair (POC), pupuk bokashi, pupuk kompos aerob, dan lain sebagainya.

Pupuk Jerami Padi Hasil Fermentasi
pupuk kompos dari jerami padi, (Dokumen Pribadi).

Pupuk hayati dan kompos ini lebih ramah lingkungan sebab dalam prosesnya lebih tradisional dibandingkan dengan pupuk kimia buatan pabrik yang bisa memberikan dampak negatif terhadap lingkungan misalnya pencemaran air, tanah, udara.

7. Pemanfaatan Biopestisida

Selama ini banyak petani di daerah yang memanfaatkan pestisida untuk membunuh hama dan penyakit pada tanaman (insektisida), membunuh gulma (herbisida) ataupun jamur parasit pada buah maupun tanaman (fungisida). Namun, upaya penggunaan pestisida kimia ini tentu saja tidak ramah terhadap lingkungan, bisa memicu terjadinya pencemaran air, tanah dan udara.

Dan untuk menggantikan pestisida kimia, maka saat ini untuk membunuh hama pertanian digunakanlah jenis bakteri misalnya Bacillus thurungiensis dalam bentuk kristal BT yang kemudian dibuat menjadi larutan BT. Dan nantinya larutan tersebut akan disemprot ke tanaman yang terserang hama. Ketika disemprot, maka hama seperti ulat akan memakannya, lalu isi perut ulat akan kering dan dehidrasi, lalu ulat-ulat tersebut akan mati secara massal. Cara ini sangat efektif untuk membunuh hama dalam jumlah besar di area tanam.

Penggunaan kristal BT untuk membunuh hama pertanian sudah dilakukan di negara maju maupun negara berkembang karena cara ini lebih ramah terhadap lingkungan dan mencegah pemanasan global akibat penggunaan pestisida kimia.

8. Pengaturan Sistem Irigasi

Pengaturan sistem irigasi yang sederhana yang dapat dilakukan oleh petani misalnya dengan pengairan lahan seefisien mungkin. Melakukan penyiraman tanaman sesuai jadwal. Penyiraman dapat dilakukan sewaktu-waktu saja jika memang lahan tanam benar-benar kering.

Siasat petani untuk menyiram tanaman sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari. Jangan menyiram tanaman pada waktu siang hari karena akan percuma, sebab pada siang hari tumbuhan melakukan transpirasi lebih banyak, sehingga penyiraman akan sia-sia sebab banyak air yang menguap ke atmosfer akibat proses pemanasan oleh cahaya matahari.

Hemat air irigasi juga penting diterapkan oleh para petani. Setiap petani harus berjiwa besar untuk saling berbagi air antar satu lahan petani satu dengan lahan petani yang lainnya. Ini jelas tujuannya adalah agar krisis air di lahan tanam tidak semakin memburuk sehingga akan meningkatkan gagal panen atau produktivitas hasil pertanian menurun.

9. Penanaman Pohon

Menanam sayur mayur maupun buah yang dilakukan oleh petani baik di desa maupun di wilayah perkotaan merupakan usaha petani untuk menyelamatkan dunia dari perubahan iklim.

Tanaman bayam di semai di lahan bedengan
tanaman bayam di semai di lahan bedengan samping rumah (Dokumen Pribadi)

Seharusnya kita berterimakasih kepada petani karena berkat mereka ketahanan pangan di negeri ini bisa berdikari dan maju.

Selain itu, petanilah sebagai investor oksigen tertinggi di dunia karena berkat tanaman-tanaman yang ditanaminya mampu mengurangi gas-gas karbondioksida di atmosfer sehingga mampu meminimalisir dampak pemanasan global yang menyakitkan seisi bumi.

Penutup:

Jika semua adapatasi terhadap perubahan iklim di atas dilakukan oleh petani dan kita semuanya, maka tentu saja petani sudah berjuang untuk melawan perubahan iklim global yang semakin ekstrem.

Dan mau tidak mau, atau suka tidak suka, kita harus berterimakasih terhadap jasa para petani. Merekalah pahlawan/pejuang iklim global. Berkat petanilah, investasi gas oksigen di bumi semakin bayak dan mampu kita rasakan hingga hari ini.

Sumber Referensi:

Anugrah, dkk. 2014. Sistem Pertanian Terintegrasi – Simantri: Konsep, Pelaksanaan, dan Perannya Dalam Pembangunan Pertanian di Provinsi Bali (Jurnal). Tersedia secara online di situs http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/3816. Diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 23:31 WIB.

BPTP Nusa Tenggara Timur. 2018. Majukan Waktu Tanam, Cara Petani Komodo Tingkatkan Indeks Pertanaman. Tersedia Secara Online di situs http://ntt.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita-news/509-majukan-waktu-tanam-cara-petani-komodo-tingkatkan-indeks-pertanaman. Diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 22:26 WIB.

Firdaus, Arief. 2013. Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim. Tersedia Secara Online di situs https://uwityangyoyo.wordpress.com/2013/01/10/adaptasi-petani-terhadap-perubahan-iklim/#:~:text=Autonomous%20adaptation%20merupakan%20bentuk%20adaptasi,bersifat%20multisekoral%2Fmenyeluruh%20dan%20terencana. Diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 22:48 WIB.

Priyono, Wahid. 2018. Mengenal Istilah Rotasi Tanam (Sistem Tanam Bergilir) dalam Pertanian. Tersedia secara online di situs https://guruilmuan.blogspot.com/2018/02/mengenal-isitilah-rotasi-tanam-sistem.html. Diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 21:04 WIB.

***

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PESAN SPONSOR