Cara Pemberian Pupuk Kandang Pada Lahan Kering dan Basah
|Pemberian pupuk kandang (organik) dari kotoran ternak untuk lahan kering dan lahan basah tentu saja sangat berbeda, hal ini juga menyangkut tentang jenis tanaman yang ditanam pada lahan basah dan kering pastinya berbeda.
Beberapa contoh tanaman yang dapat tumbuh pada lahan kering misalnya bayam, kangkung darat, wortel, kacang tanah, kedelai, jagung, kentang, ubi jalar, melon, semangka, dan lain sebagainya. Sementara itu, untuk tanaman yang dapat tumbuh pada lahan basah misalnya adalah genjer, padi, kangkung, dan lain sebagainya.
Adapun untuk pemberian pupuk pada tanaman sesuai pengalaman saya, bahwa untuk frekuensi pemberian pupuk kandang untuk lahan kering dan lahan basah tidak berbeda secara signifikan. Untuk lahan kering frekuensinya setiap 2 minggu sekali dan untuk lahan basah tiap 20 hari sekali. Kebutuhan pupuk kandang untuk baik lahan basah maupun lahan kering kisaran 9 s.d 10 ton per hektar lahan. Bisa ditambah apabila masih kurang merata.

Untuk penggunaan pupuk kandang dari kotoran ternak untuk lahan basah/sawah berair jauh lebih sedikit dibandingkan untuk lahan kering (untuk tanaman sayuran dan pangan). Biasanya para petani menggunakannya sebagai tambahan pupuk kimia.
Sebagai contoh, khusus untuk tanaman padi bisa diberikan cukup 2 frekuensi saja, yaitu pada saat pengolahan lahan dan saat tanaman padi berumur kisaran 70 hst yakni ketika airnya sedang surut dan disebar secara random saja tidak masalah.
Penggunaan pupuk kandang (organik) di lahan kering diberikan dengan berbagai macam cara seperti ditebarkan di atas lahan tanam, dicampur saat pengolahan tanah/waktu pembajakan lahan, diberikan pada lubang tanam, atau dengan diberikan pada larikan.
Petani sayuran dan tanaman buah umumnya memberi pupuk kandang dalam jumlah/dosis besar yakni dengan dosis 20-75 ton per hektar lahan. Sedangkan khusus untuk tanaman pangan seperti jagung, kedelai, padi, kacang tanah, ketela pohon, mantang, kentang, dan tanaman polong-polongan, diberikan pupuk kandang dengan dosis sedikit (dosis 5-6 ton/hektar sudah cukup dan frekuensi diberikan pada waktu tanam awal (pengolahan tanah) dengan cara dicampur secara merata pada waktu tanahnya dibajak menggunakan alat berat (traktor). Pada umur 50 – 60 hst diberikan kembali pupuk kandang dengan sistem larikan bisa sembari diselingi pemberian pupuk anorganik seperti urea, KCL, phonska, TSP, SP-36, dan lain sebagainya.
Sebagai informasi bahwa, pemberian pupuk kandang ataupun kompos tidak langsung efektif pada musim tanam pertama, tapi akan memberikan hasil signifikan setelah diberikan pada musim tanam kedua, dan selanjutnya. Hasil penelitian Balit, tanah terhadap tanaman jagung menunjukkan pada pemberian pertama hanya menambah hasil panen sebesar 6%, tapi pada musim kedua naik hingga mencapai 40%.