Pengguguran Daun (Absisi) Dikaitkan dengan Kehidupan Sel Tumbuhan
|Tumbuhan menggugurkan daunnya tampak sebagai peristiwa yang biasa terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Padahal peristiwa ini melibatkan proses fisiologi yang sangat kompleks yang bisa kita kaitkan dengan kehidupan sel tumbuhan, nutrisi dalam tumbuhan, air dalam tumbuhan, hormon dalam tumbuhan, juga gerak pada tumbuhan tersebut. Pengguguran daun terjadi sebenarnya berkaitan dengan maksud dan tujuan tertentu antara lain untuk membantu daur ulang zat-zat makanan (karena daun yang telah tua berganti dengan daun-daun baru), sebagai bentuk adaptasi perubahan musim pada tumbuhan meranggas, selain itu untuk mencegah penyakit (klorosis, nekrosis) menyebarluas ke bagian tubuh tumbuhan yang lain, dan lain sebagainya.
Proses pengguguran daun (leaf fall) merupakan pelepasan daun yang terjadi pada zona absisi di pangkal tangkai daun yang dikendalikan melalui proses fisiologi. Pengguguran daun tidak lepas dari kehidupan sel tumbuhan itu sendiri. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang mempunyai ciri khas yaitu dinding sel yang tidak ada pada sel hewan maupun sel manusia. Dinding sel tersusun atas dinding primer, dinding sekunder, dan lamela tengah. Dengan memberikan kekuatan mekanik, dinding sel dapat melindungi isi sel dengan bentuk sel tetap walaupun banyak guncangan yang terjadi. Hal ini penting untuk menjaga kekokohan tumbuhan termasuk daun agar tidak cepat rontok.
Komponen dinding sel yaitu hemiselulosa, selulosa, pektin, lemak, protein, lignin, Ca-pektat. Komponen-komponen tersebut terbentuk dari aktivitas sel itu sendiri. Protein disintesis oleh nukleus, ribosom, retikulum endoplasma kasar (RE yang berasosiasi dengan ribosom), kemudian dipak-kan oleh badan golgi. Sisntesis protein : DNAàRNAàprotein. Proses protein digunakan dalam pembentukan dinding sel yaitu:
- Badan golgi menghasilkan vesikel-vesikel yang akan bergabung dengan fragmoplas mikrotubula (proses polarity).
- Kemudian, tubuler-vesikula membentuk jaringan yang mengandung clothrin-buds.
- Setelah itu, terbentuk jaringan tubuler yang berpisah dengan jaringan tubuler-vesikula.
- Jaringan tubuler mengalami pengencangan dan mengalami adhesi (tarik-menarik dengan membran plasma yang berbeda jenis).
- Akhirnya terbentuklah dinding sel.
Karena komponen dinding sel tidak hanya protein, tetapi juga senyawa karbohidrat (selulosa, pektin, lignin) dihasilkan dari proses fotosintesis di kloroplas. Fotosintesis mengubah karbondioksida (dari hasil respirasi yang terjadi di mitokondria) menjadi karbohidrat yang digunakan salah satunya untuk bahan penyusun dinding sel. Pembentukan dinding sel dilakukan dengan penempelan bahan dinding selapis demi selapis pada lamella tengah (aposisi) dan dengan penyisipan bahan baru di antara bahan yang lama (intususepsi).
Regenerasi dinding sel pada daun yang sudah tua akan berjalan lebih lambat dibandingkan dengan daun yang masih muda. Daun yang masih muda masih dalam masa petumbuhan yang lebih fokus untuk perbanyakan sel dengan membentuk protein. Sedangkan, daun yang telah tua tidak fokus memperbanyak jumlah sel melainkan menambah kualitas fungsi sel-selnya sehingga asam amino dibagi-bagi untuk membentuk protein juga senyawa lain. Regenerasi dinding sel lambat maka dinding sel akan rapuh. Dinding sel yang rapuh pada daun yang telah tua ini lambat-laun akan menyebabkan daun mengalami pengguguran. Daun yang telah gugur ini akan digantikan oleh daun-daun baru yang biasanya lebih banyak jumlahnya dibandingkan jumlah daun yang gugur sebelumnya. Ditinjau dari keistimewaan pertumbuhan, tumbuhan mengatur sendiri penguguran daun secara alami dengan mempunyai sifat struktur tertentu. Struktur tumbuhan mengalami pertumbuhan sampai mencapai ukuran tertentu dan akhirnya berhenti hingga mengalami penuaan dan kematian. Maka terjadilah penguguran daun.
Sumber referensi pendukung:
Hasnunidah, Neni. 2010. Fisiologi Tumbuhan (Fistum). Bandarlampung: Universitas Lampung.