Indonesia Maju dengan Biodisel B30
|Program biodisel 30% atau yang disebut sebagai biodisel B30 akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang cukup menarik. Sebab, banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat tentang kehadiran program ini.
Manajer riset di Traction Energy Asia, Ricky Amukti, seperti dilansir dari voaindonesia.com, menafsirkan bahwa program biodisel ini tidak akan bertahan hingga 2023 karena diyakininya akan mengalami defisit.
Bahkan, negara-negara Uni Eropa menolak program B30, (sumber: dw.com). Dan sebaliknya, justru program ini terus didukung pemerintah Indonesia untuk terus maju dan berkembang.
Biodisel B30 merupakan program yang terus didukung oleh bapak Presiden Joko Widodo. Tujuannya adalah untuk menciptakan kemandirian energi sebab mampu menekan impor solar, serta dinilai oleh Presiden mampu memberdayakan petani kelapa sawit.
Dan menariknya, Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang menerapkan biodisel 30 persen (B30), (sumber: tangerangkab.go.id).
Indonesia dan Biodisel B30
Kehadiran Biodisel B30 di Indonesia dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit yang cukup besar.
Dengan adanya sumber daya alam berupa kelapa sawit ini maka bisa dijadikan sumber pembuatan biodisel secara nabati.
Dilansir dari website esdm.go.id, disebutkan bahwa biodiesel merupakan BBN untuk mesin diesel berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi. Untuk saat ini, bahan baku biodiesel yang digunakan di Indonesia sebagian besar berasal dari minyak sawit (CPO). Selain dari CPO, tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biodiesel antara lain tanaman jarak, jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung dan lain-lain.
Implementasi B30 merupakan wujud usaha pemerintah Indonesia untuk mencari sumber-sumber energi baru terbarukan (EBT) serta pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai salah satu energi alternatif di masa depan. Selain itu, pengembangan EBT di sektor energi membuktikan komitmen pemerintah untuk menjaga bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon serta menjaga kualitas lingkungan hidup.
Namun menurut pandangan saya bahwa adanya biodisel B30 ini tentu saja mempunyai 3 dampak yang cukup siginifikan ke sektor ekonomi, sosial dan lingkungan.
Di sektor ekonomi tentu saja petani kecil mungkin masih belum memperoleh manfaat banyak dari program ini. Selain itu, selisih harga antara solar dan biodisel masih tergolong tinggi.
Dari sektor lingkungan pastinya menimbulkan kekhawatiran terhadap kelangkaan bahan baku kelapa sawit. Sebab, dalam pembuatan biodisel ini tentu saja tidak hanya membutuhkan pasokan kelapa sawit yang sedikit, namun berjuta-juta ton. Bisa dibayangkan jika penanganan di lapangan kurang cerdas bisa menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang cukup signifikan.
Serta jika dikaji dari sisi lingkungan, maka dengan kebutuhan kelapa sawit yang banyak, maka mau tidak mau harus menanamnya dalam jumlah besar. Selain itu, berpotensi mendorong ekspansi lahan dan deforestasi.
Di sisi lain, pemerintah juga didesak dengan kebijakan methan capture, dimana seorang produsen harus mampu mengolah limbah cair mereka, yang justru sebenarnya bisa dipakai untuk proyek pembangkit listrik.
Kini Saatnya Kita Mendukung Program Biodisel B30 dari Bapak Jokowi untuk Energi Indonesia Maju
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, maka kita sebagai rakyat Indonesia sudah sepatutnya bangga dan mendukung program biodisel B30 yang digagas oleh bapak Presiden Joko Widodo. Bahkan ke depannya, akan muncul program lanjutannya seperti biodisel B40, B50 hingga diproyeksikan sampai pada level B100.
Tujuan dari program pemberdayaan energi dari bapak Jokowi ini ternyata cukup baik untuk mengonversi energi lama menjadi energi baru terbarukan dengan sumber daya nabati.
Selain itu, dengan biodisel B30 diyakni oleh pemerintah dapat meghemat devisa negara mencapai Rp63 triliun. Tak hanya itu, implementasi B30 bisa melepaskan ketergantungan Indonesia dengan energi fosil sehingga berdampak positif dalam memangkas defisit neraca transaksi berjalan. (sumber: ekonomi.bisnis.com).
Kita mempunyai pasokan kelapa sawit yang cukup besar, maka sudah sepatutnya kita bangga untuk menjadi negara yang berdikari menciptakan energi baru terbarukan dari sumber daya alam yang kita miliki.
Untuk dampak negatif yang mungkin akan muncul dengan kebijakan biodisel ini tentu saja masih bisa dikontrol bersama untuk lebih bijak bernergi, serta tetap mematuhi upaya untuk pelestarian lingkungan. Sebagai contoh, tidak perlu membuka lahan baru untuk menanam kelapa sawit, namun cukup dengan melakukan tebang pilih dalam proses regenerasi pohon sawit yang baru. Jadi, untuk pohon kelapa sawit yang sudah tua dan tidak memproduksi buah lagi, maka bisa ditebang lalu diganti dengan bibit kelapa sawit yang baru. Cara pelestarian pohon sawit dengan metode tebang pilih ini tentu juga akan menekan deforestasi dan ekspansi lahan yang semakin luas dan tentunya dikhawatirkan akan menimbulkan permasalah lingkungan seperti longsor, banjir, pengikisan tanah, mengurangi unsur hara tanah, dan lain sebagainya.
Sumber Referensi:
Olah grafis oleh Wahid Priyono, dan untuk foto/gambar ilustrasi B30 diambil dari website esdm.go.id.
Anonim. 2019. B30: Setelah Ditolak Uni Eropa, Biodiesel Harus Jadi Primadona di Negeri Sendiri?. Tersedia secara online di situs https://www.dw.com/id/b30-setelah-ditolak-uni-eropa-biodiesel-harus-jadi-primadona-di-negeri-sendiri/a-51777144, diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 07.46 WIB.
Balaraja. 2019. PERTAMA DI DUNIA, INDONESIA TERAPKAN BIODIESEL 30 PERSEN (B30). Tersedia secara online di situs https://tangerangkab.go.id/detail-konten/show-berita/2360, diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 06.28 WIB.
Kusumawardhani, Amanda. 2019. Implementasi B30 Dipercepat, Jokowi Sebut Negara Hemat Rp63 triliun. Tersedia secara online di situs https://ekonomi.bisnis.com/read/20191223/9/1183886/implementasi-b30-dipercepat-jokowi-sebut-negara-hemat-rp63-triliun, diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 07.08 WIB.
Pribadi, Agung. 2019. Narasi Tunggal: Pertama di Dunia, Indonesia Terapkan Biodiesel 30 Persen (B30). Tersedia secara online di situs https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/narasi-tunggal-pertama-di-dunia-indonesia-terapkan-biodiesel-30-persen-b30. Diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 08.30 WIB.
Sucahyo, Nurhadi. 2020. Jokowi Didesak Evaluasi Kebijakan Biodisel. Tersedia Secara online di situs https://www.voaindonesia.com/a/jokowi-didesak-evaluasi-kebijakan-biodisel/5544782.html, diakses pada Sabtu, 29 Agustus 2020, pukul 08.20 WIB.